Masa Depan Pancasila

Globalisasi adalah sebuah keniscayaan. Kita tidak mungkin bisa menghindarinya. Tapi kita bisa melawan dengan cara memanfaatkannya. Itulah mengapa penulis menganggap Masa Depan Pancasila penting dibahas secara ilmiah dan komprehensif. Terdapat 5 gagasan penting yang menjadi alasan buku ini diciptakan, diantaranya; 

1. Generasi Muda Sebagai Aktor dalam Globalisasi Kebudayaan 

Dalam catatan sejarah, pemuda selalu menjadi aktor sebuah gerakan besar. Dan setiap generasi mempunyai corak berfikir yang berbeda-beda, sehingga berimplikasi pada metode dan pengambilan keputusan dalam sebuah gerakan juga berbeda. Setiap kelompok terunifikasi oleh lingkungan serta kelompoknya. Karl Mannheim dalam karyanya "The Problem of Generation" pada tahun 1923 menjelaskan bahwa sebuah generasi membentuk identitas kolektifnya dari sekumpulan pengalaman yang sama yang melahirkan sebuah identitas dalam cara-cara merespon. Semua anggota bergerak oleh kesamaan pengalaman mereka (Hartono Tasir Irwanto, Masa Depan Pancasila, hal 1). 

2. Perbedaan Generasi 

Setiap generasi memiliki masalah yang berbeda-beda. Generasi kita mempunyai masalah yang lebih kompleks. Perkembangan tekhnologi yang begitu pesat, tidak melulu berdampak baik, salah satu dampak buruknya adalah dengan mudah kita terkooptasi oleh ideologi serampangan yang bisa jadi bersembunyi dibalik sakralitas agama. Sayyidina Ali Kw, berkata; “didiklah anamkmu sesuai dengan zamannya.” Hanya dengan begitu, generasi kita bisa menjadi generasi yang unggul. 

3. Perang Kebudayaan dan Pertukaran Budaya 

Antonio Gramschi mengingatkan kita bahwa seseorang yang dijajah alam bawah sadarnya justru senang ketika dijajah. Dia berdelusi untuk tidak mengakui penjajahan tersebut. Pun mengakui, ia menikmati penjajahan tersebut (Hartono Tasir Irwanto, Masa Depan Pancasila, hal 4). 

Di Indonesia kita bisa menemukan banyak contoh dari apa yang Gramschi katakan. Kita sangat getol belajar bahasa asing, seperti bahasa Korea, Inggris, China, dan sebagainya agar terlihat keren dan kita merasa mengalami peningkatan grafik di dunia sosial. Parahnya, kita tidak mempelajari kekayaan bahasa Nusantara. Contoh yang lebih ekstrim misalnya, penganut Islam eksklusif, beranggapan bahwa orang muslim harus berjenggot, bersorban, batik itu tidak baik, dan sebagainya. Imam Ali Khamenei menyebut ini sebagai implikasi dari perang kebudayaan. Dan jelas ini adalah upaya barat menjadikan masyarakat sebagai manusia yang kehilangan jati dirinya. 

4. Kebudayaan Indonesia Masa Kini 

C. Kluchon membagi unsur-unsur kebudayaan menjadi 7 bagian, diantaranya; Sistem kepercayaan, Sistem mata pencaharian, Bahasa, Kesenian, Ilmu pengetahuan, Tekhnologi, dan Sistem organisasi kemasyarakatan. Sebagai masyarakat yang bijak, kita harus mengakui ketertinggalan kita dalam beberapa aspek dari bangsa lain. Terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang barat sudah menciptakan robot untuk memudahkan pekerjaan manusia, kita masih berdebat soal mana mazhab yang paling benar, Syiah atau Sunni, atau apakah Lucinta Luna adalah laki-laki atau perempuan. Selain dari menolak budaya asing yang buruk, kita mesti mempertahankan dan mengembangkan budaya kita yang baik. 

5. Tanggung Jawab Pemuda 

Setiap gerakan besar di Indonesia selalu dipelopori oleh pemuda. Mulai dari Kongres kepemudaan 28 Oktober 1928, kemudian kalangan muda mendesak Bung Karno untuk segara membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, hingga 1998 di mana Pemuda jualah yang menjadi dalang dari Reformasi Indonesia. Kiprah pemuda dalam transformasi kebudayaan memasuki babak baru. Pasca reformasi pemuda harus menyesuaikan platform gagasan dan gerakan dengan konteks zaman. 

Penulis buku menyimpulkan bahwa perjuangan pemuda di masa lalu adalah sebab dari akibat saat ini. Sedang perjuangan pemuda hari ini adalah sebab bagi akibat Indonesia di masa depan. Itulah alasan penulis meyakini bahwa masa depan Pancasila adalah tanggung jawab generasi muda. 

Sebagai akhir dari pembuatan buku ini, penulis menawarkan kaidah berfikir yang menarik. Bahwa kita tidak boleh Xenomaniac atau tergila gila kepada asing, juga tidak boleh Xenophobia atau takut terhadap asing. Kita harus berdiri ditengah-tengah, seperti kata Bung Hatta, Pancasila adalah jalan lurus. Kita harus menerima kebaikan eksternal sembari menolak keburukannya, dan kita harus mengembangkan kebudayaan internal, sembari menolak keburukannya (Hartono Tasir Irwanto, Masa Depan Pancasila, hal 8). 

Masa Depan Ketuhanan 

Akar masalah keberagaman kita di Indonesia adalah persoalan pandangan dunia. Apapun agamanya, jika berpandangan dunia Tauhid, maka kerukunan ummat beragama dengan mudah kita tegakkan. Saya menyebut orang beragama yang eksklusif berjalan tidak seimbang. Dia selalu berada di langit tanpa turun ke bumi. Ali A. Allawi mengatakan semua peradaban merupakan keseimbangan antara individu dan kolektif, antara lahir dan batin, antara dunia dan akhirat. Fokus kepada satu aspek saja akan menimbulkan ketimpangan, dan itu adalah akar dari perpecahan. 

Masa depan ketuhanan bertumpu pada empat kaidah berikut. 

1. Kita harus menerima kebaikan eksternal dari bangsa lain, yaitu terciptanya suatu tatanan masyarakat spiritual. 
2. Kita harus menolak keburukan eksternal dari bangsa lain, seperti gerakan sosial-politik yang mengatas namakan agama, suatu fundamentalisme agama yang menciptakan kekerasan global. 
3. Kita harus mengembangkan kebaikan eksternal dalam hal lintas agama, yaitu mengembangkan pluralisme asertif. 
4. Kita mesti meninggalkan keburukan internal kita, dalam aspek keyakinan. Misalnya sikap Takhayyul, percaya pada sebab yang berbau sinkretis, semacam animisme dan dinamisme. Kini kita memberhalakan kepongahan spritualitas kita, di dunia maya, pun nyata. 

Masa Depan Kemanusiaan 

Seperti apa manusia Indonesia itu? Apakah gagah perkasa seperti Gatot kaca? Ataukan lembut dan gemulai seperti Nyi Roro Kidul? Kurang lebih begitu potongan ceramah Mochtar Lubis pada 6 april 1977. Kita kesusahan untuk menemukan wajah asli Manusia Indonesia, ribuan bahasa, suku dan kepercayaan menjadikan kerumitan makin kompleks saja. Atas dasar perbedaan itulah kemudian para filosof negeri ini menemukan suatu gagasan paripurna yang disebut Pancasila untuk menyatukan kita dalam sebuah nilai. Tapi tetap saja, seperti apa Manusia Pancasila itu? 

Hari ini kita latah terhadap budaya bangsa lain. Di mata masyarakat kita, Amerika adalah negara yang begitu superior. Mungkin kita hanya melihat dari satu aspek saja. Film mungkin. Avengers, bangunan perkotaan, dan sebagainya, tanpa mengecek bagaimana tingkat kejahatan di nasana, apakah masyarakat plural atau tidak, bagaima Amerika adalah negara dengan kebutuhan terhadap minyak bumi dan gas tiada batas, dan sebagainya. 

Bagi saya, manusia Indonesia adalah manusia yang walaupun secara kultur berbeda-beda, namun tersatukan dalam nilai atau spirit yang sama untuk mencapai tujuan bersama yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Masa depan kemanusiaan bertumpu pada 4 kaidah berikut; 

1. Kita harus menerima kebaikan eksternal bangsa lain, yakni membangun insan ilmiah. 
2. Kita harus menolak keburukan eksternal bangsa lain, yakni komputerisasi manusia. 
3. Kita harus mengembangkan kebaikan internal bangsa lain, yakni gotong royong, bekerjasama dalam kebaikan. 
4. Kita mesti mengakui dan meninggalkan keburukan internal kita, yakni kebodohan. 

Masa Depan Kebangsaan 

Di era digital , suatu bangsa dapat hancur dan bangkit tergantung dari bangaimana ia memanfaatkan teknologi dan informasi, serta mengembangkannya. China, Iran, Turki, dan Korea utara adalah negara sebagai contoh paling paripurna dalam hal pemanfaatan teknologi informasi. Mereka sadar bahwa hegemoni asing dapat dengan mudah masuk melalui internet, sosial media, Facebook, Instagram, dan lain-lain. Mereka memutus akses dengan bangsa lain dan menciptakan internetnya sendiri yang bernama Intranet. Begitu pula dengan Facebook, Instagram, mereka menciptakan milik mereka sendiri dan tidak bisa diakses oleh orang-orang di negara lain. Ini saya sebut sebagai starategi radikal untuk menjaga warganya dari hegemoni asing agar tidak kehilangan jati dirinya sebagai suatu bangsa. 

Masa depan kebangsaan Indonesia bertumpu pada 4 kaidah berikut; 


1. Menerima kebaikan eksternal bangsa lain, yakni bangsa yang adil makmur 
2. Menolak keburukan eksternal bangsa lain, yakni penjajahan dalam dalam rekayasa terorisme global. 
3. Mengembangkan kebaikan internal, yakni persatuan dalam perbedaan atau bhinneka tunggal Ika. 
4. Mengakui sembari meninggalkan keburukan internal kita, yakni friksi berdasarkan identitas. 

Masa Depan Kedaulatan Rakyat 

Terdapat 2 asumsi mengenai demokratisasi di dunia. Pertama, skenario optimistik, bahwa akan datang musim semi demokrasi. Kedua, skenario pesimistis, bahwa akan datang masa pembusukan demokrasi. Penulis beranggapan kita mesti berdiri seimbang dalam menanggapi kedua skenario tersebut. Jantung utama kemenangan demokrasi ada pada gerakan kemasyarakatan akar rumput, di tingkat regional. Bahwa demokrasi harus mulai dari dalam dan dari entitas yang paling kecil. Implikasi dari kesadaran tersebut, melahirkan gelombang demokrasi global. 

Setidaknya ada 3 masalah mengapa demokrasi tidak pernah benar-benar berdiri tegak. Pertama, masalah si penyiksa. Apakah pemimpin demokratis dan rakyat akan menuntut rezim sebelumnya ke pengadilan atau memaafkan dan melupakan? Kedua, masalah Praetorian. Tentara yang susah dikendalikan karwna kekuatan yang ada padanya. Ketiga, masalah kontekstual. Kecewa pada pemerintahan demokratis, serta nostalgia terhadap sistem otoriter. 

Masa Depan Kedaulatan Rakyat bertumpu pada 4 kaidah berikut ; 

1. Menerima kebaikan eksternal dari bangsa lain, yakni demokrasi yang terus tumbuh dan berkembang. 
2. Menolak keburukan eksternal, yakni kebebasan yang kebablasan.
3. Mengembangkan kebaikan internal yakni musyawarah mufakat. 
4. Mengakui sembari meninggalkan keburukan internal kita, yaitu sistem politik oligarki yang berimbas pada krisis kepemimpinan. 

Masa Depan Keadilan Sosial 

Singkatnya, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita luhur bangsa, yang hanya akan tercapai ketika semua elemen dalam negara bekerja sesuai dengan tupoksi dan kapasitasnya masing-masing. Keadilan sosial, khususnya keadilan ekonomi, merupakan bagian dari sistem ekonomi Pancasila yang dilandasi oleh spirit Ketuhanan, Kemanusiaan, Nasionalisme, Kerakyatan, serta Keadilan (Hartono Tasir Irwanto, Masa Depan Pancasila, hal 156). 

Masa depan keadilan sosial bertumpu pada 4 kaidah berikut; 

1. Menerima kebaikan eksternal bangsa lain, yakni ekonomi disrupsi yang semakin mudah dan murah, yang bertujuan menciptakan demokrasi ekonomi. 
2. Menolak keburukan eksternal bangsa lain, yaitu utang luar negeri , suatu skema elite global untuk membuat kita bergantung padanya. 
3. Mengembangkan kebaikan internal, yakni koperasi berdasar gotong-royong gagasan Mohammad Hatta. 
4. Mengakui serta meninggalkan keburukan internal kita sendiri, yakni korupsi. 

Masa Depan Pancasila; Suatu Pertanggungjawaban Pemuda 

Pada masa depan, aktifitas manusia akan digantikan oleh robot. Alasannya sederhana, yaitu persoalan keuntungan. Mempekerjakan robot, selain akan lebih efisien, juga mengurangi dana, karena tidak ada lagi gaji karyawan perbulannya. Imbasnya adalah pemuda yang tidak punya kompetensi akan tergeser. Puncaknya kita akan menuju pada kepunahan manusia. 

Selamat datang di Era Digital dan Datasentris 

Bukan tanpa alasan, kecanggihan teknologi informasi meminta tumbal, yaitu hilangnya privasi manusia. Perhatikan saja orang yang mulai terkenal atau terangkat popularitasnya, dengan mudah dapat digulingkan hanya dengan membongkar privasinya di dunia maya, kami menyebutnya sebagai penghukuman virtual. 

Olehnya itu informasi kemudian menjelma menjadi komoditi yang sangat mahal. Segala kekayaan bumi akan habis oleh kerakusan manusia, tapi tidak dengan informasi. Di masa depan, korporasi akan menjadikan informasi sebagai jualan yang bernilai tinggi, hingga akhirnya informasi adalah segalanya. 

Mengetahui informasi ini amatlah penting, agar kita tahu langkah apa yang mesti kita ambil sebelum kecerdasan artifisial berbasis data dan internet ini betul-betul menguasai dan mengakibatkan kepunahan umat manusia di masa depan. Maka, pesan Socrates sekitar 25000 tahun lalu menjadi begitu relevan; Kenalilah diri anda sendiri! Atau seperti yang diungkapkan Nabi Muhammad Saw; barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya. 

Apa yang harus Kita Lakukan? 

Menyambut bonus demografi, pemuda harus ambil andil dalam upaya penuntasan kemiskinan. Dan untuk melakukan itu tidak cukup hanya dengan berpangku tangan. Kita harus menggunakan segala perangkat, seperti hukum dan pemerintahan, pengelolaan organisasi kepemudaan pun harus maksimal. Dan yang paling wajib adalah, sebagaimana yang disampaikan oleh Ali A. Allawi dalam bukunya, kita harus punya dua hal untuk membangun peradaban madani, pertama keunggulan ilmu pengetahuan, kedua basis moral yang kuat. 

Posting Komentar

0 Komentar