Digital Fortress

Digital Fortress adalah novel techno-thriller karya novelis terkemuka Dan Brown. Setelah sukses dengan novel termashyurnya yang berjudul The Da Vinci Code, yang berhasil masuk sebagai sepuluh buku terlaris sepanjang masa, kini Dan Brown mencoba merangkai novel dengan tema yang berbeda dan terbilang baru pada saat cetakan pertamanya diterbitkan pada tahun 1998. Digitalisasi, data, dan privasi, menjadi tema sentral yang menghiasasi seluruh novel Digital Fortress atau Benteng Digital ini. 

National Security Agency dan Mesin Peretas Manusia 

Di negara-negera maju kini santer protes sosial mengenai kemampuan pemerintah dan korporasi dalam meretas setiap data privasi pengguna telekomunikasi, mulai dari telepon, komputer, hingga telepon selular. Hal itu semakin diperparah dengan kehadiran internet yang mempermudah dan mempermurah proses telekomunasi. 

Dengan dana milliaran dollar, Strathmore sebagai wakil dierktur NSA, berhasil menguasai seluruh data pribadi pengguna telekomunikasi di seantero dunia dengan mesin bernama TRANSLTR. Dewasa ini, mesin tersebut bukan hanya digunakan oleh NSA, melainkan seluruh pemerintah dan korporasi digital. Mesin tersebut dinamakan Big Data. Dengan dalih menyadap dan mendeteksi terorisme, peredaran narkoba, dan kriminalitas lainnya, NSA dapat mengetahui seluruh percakapan kita mulai dari yang publik, rahasia negara, hingga percakapan pribadi kita dengan kekasih atau diari harian kita. Inilah yang membuat Ensei Tankado, karyawan cerdas dari NSA, untuk membangun Digital Fortress yang berfungsi sebagai mesin algoritma tak terpecahkan yang tidak bisa dilack oleh TRANSLTR. 

Masyarakat Sipil dan Keharusan Mengawasi Lembaga Pengawas 

Kekuasaan cenderung korup, kata Lord Acton. Itulah yang mungkin disadari betul oleh Ensei Tankado. Ketika kekuasaan pemerintah dan kekuatan modal bertemu, bayangkan oligarki pengetahuan yang dimilikinya. NSA merupakan lembaga pemerintah yang dapat bertindak independen tanpa perlu persetujuan eksekutif. Kewenangan itulah yang dimanfaatkan oleh Strathmore sebagai wakil direktur NSA. Misi mengawasi terorisme, gembong narkoba, dan kriminalis lainnya, kini meluas dengan mengawasi seluruh data pribadi masyarakat. 

Ensei Tankado tepat ketika bertanya, siapakah yang mengawas sang pengawas? Tankado lebih tepat lagi ketika mencoba mempublikasikan Digital Fortress ke masyarakat luas jika TRANSLTR tidak dimusnahkan dan jika NSA tidak mengakui kejahatannya. Apakah telah mencaba novel Digital Fortress karya Dan Brown atau tidak, kisah Julian Assange, pendiri Wikileaks, dan lebih mirip lagi, Edward Snowden mantan karyawan CIA, adalah kisah nyata perlawanan masyarakat sipil dalam melawan penyadapan data rahasia yang dilakukan oleh pemerintah, maupun korporasi. 

Kisah Cinta Profesor dengan Karyawan NSA 

Tokoh utama dalam novel ini adalah David Becker, seorang profesor bahasa di perguruan tinggi termuka di Amerika. Kekasihnya, Susan Fletcher adalah karyawan cantik dan cerdas NSA yang digilai-gilai oleh karyawan NSA hingga Strathmore sang wakil direktur NSA. Seperti pada novel-novel Dan Brown lainnya, lakon utama diperankan oleh seorang profesor yang berkeliling dunia untuk memecahkan misteri dan rahasia. Adapun rahasia yang coba dipecahkan dalam novel Dan Brown kali ini adalah kata sandi untuk membuat rahasia tidak lagi menjadi rahasia. 

Penutup 

Hikmah dari novel ini adalah pentingnya kita membangun kesadaran masyarakat betapa data pribadi kita tersimpan, terlacak, dan dapat diperdagangkan secara politik dan ekonomi kapan saja pemerintah atau korporasi menginginkannya. Peristiwa Edward Snowden adalah contoh nyata betapa kekuasaan politik memang cenderung korup. Dan peristiwa kebocoran data pengguna Facebook oleh Cambridge Analatyca dalam pemilihan Presiden Amerika merupakan contoh nyata betapa korporasi dapat menjual data konsumen mereka demi keuntungan perusaha. Jika kita tidak cerdas dalam dunia teknik informatika, atau jika kita tidak dapat membangun gerakan masyarakat untuk membongkar kejahatan pemerintah dan pengusaha yang korup, maka kita harus bertindak bijaksana dengan hanya bertelekomunikasi pada hal-hal yang publik dan baik. Berhentilah berkegiatan telekomunikasi pada hal-hal yang privat, apalagi buruk. 

Keunggulan novel ini adalah menyadarkan kita betapa tidak amannya data pribadi kita di dunia digital ketika pemerintah dan pengusaha sudah memasuki ranah tersebut. Terlebih lagi novel ini terbit pada tahun 1998, di mana dunia digital masih belum semarak sekarang ini. Dan Brown telah mampu berpikir sevisioner itu. Terdapat beberapa kelemahan novel ini, salah satunya adalah ketidakberpihakan Dan Brown kepada kekuatan masyarakat sipil seperti Ensesi Tankado. Dan Brown tampak bias Barat dan mendukung NSA secara hegemonik. Di sisi lain, kisah cinta David Becker yang terkesan biasa saja, dan plot cerita yang hampir sejalan dengan karya-karya Dan Brown lainnya. Namun, secara keseluruhan novel ini terbilang cukup baik dalam menjelaskan dunia yang kita huni sekarang ini, dunia digital. Selamat membentengi dunia digital anda. 

Posting Komentar

0 Komentar