Buku ini merupakan biografi Kartini yang ditulis oleh penulis
kenamaan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi
bukan istri utama. Hal inilah yang kemudian membuat Kartini kurang mendapatkan
kasih sayang dari ibunya, sehingga membuat Kartini lebih dominan mengenal
ayahnya sebagai orangtua sepanjang hidupnya.
Kartini dan Pendidikan Keluarga
Kartini
sangat menghormati dan menyayangi ayahnya, yang membuatnya bahagia sekaligus
berada dalam dilema berkepanjangan terhadap perjuangan-perjuangan yang
dilakukan semasa hidupnya. Alasanya tidak lain karena status bangsawan Kartini
yang membatasi sosok perempuan untuk mengembangkan dirinya dikarenakan kewajiban
tunduk pada tradisi umum bahwa anak perempuan harus dipingit sampai lepas
status keperawanannya sebagai seorang istri.
Kartini dan Pendidikan
Masyarakat
Kondisi lingkungan yang dialami oleh
Kartini membuatnya sadar akan satu hal. Kesadaran ini merupakan awal dari
pemikiran-pemikiran yang mencengangkan dunia dan memberikan pengaruh besar
terhadap perkembangan saat ini. Bahwasanya, perempuan juga merupakan manusia
yang berhak diperlakukan sebagai manusia. Dengan kepekaan yang dimiliki oleh Kartini,
membuatnya mengutamakan kesejahteraan rakyatnya yang sedang terbelakang sebagai
tujuan hidupnya.
Dalam
hal ini, segala jalan yang mungkin bagi
keuntungan rakyatnya adalah suatu perjuangan yang penuh keberkahan baginya.
Sebagai seorang perempuan, yang sebenarnya berdiri sendiri, tanpa suatu
dukungan organisasi massa, perjuangan
yang dihadapinya sebenarnya jauh lebih berat. Perjuangan-perjuangan Kartini
lebih banyak dituangkan dengan cara menulis kepada sahabatnya, terutama Estelle
Zeehandelaar, yang akrab disapa Stella, gadis sosialis berkebangsaan Belanda.
Dari tulisan-tulisan Kartini, kita dapat menilai bahwa Kartini adalah sosok
yang memiliki intelegensi yang tajam. Hal ini dibuktikan dari kesadaran Kartini
akan kesalahan konsep foedalisme yang mempersulit kemajuan bangsanya.
Persembahan Pendidikan dari Kartini
Wajar
saja ketika perempuan yang kurang mendapatkan kasih sayang dari keluarganya ini
dapat melihat realitas sosial begitu mendalam, karena pada dasarnya Kartini
adalah perempuan cerdas yang mempunyai rasa
ingin tahu yang tinggi, pantang menyerah, dan keinginannya akan kemajuan sangat
berapi-api. Kartini memiliki perasaan yang halus, dengan ketajamaan
perabaannya, dan dengan kebesaran daya ciptanya, ia dapat merasakan nafas seni.
Kegemarannya terhadap seni ini pulalah yang mendorongnya untuk mengabdikan diri
kepada rakyat. Karena baginya, perdamaian, kesejahteraan dan kasih sayang
adalah seni yang bernilai sangat tinggi.
Walaupun Kartini diberi kesempatan
hidup yang singkat, namun pemikirannya bermanfaat bagi kehidupan. Kartini
adalah anugerah yang dimiliki oleh bangsa ini. Sebelum menutup tulisan ini,
saya akan mengutip rumusan humanis dari Multatuli, yang selalu dijadikan landasan oleh Kartini bahwa; “tugas
manusia ialah menjadi Manusia.”

0 Komentar