Manusia Sempurna

Tulisan ini membahas tentang manusia sempurna (insan kamil) dari sudut pandang Islam. Manusia sempurna berarti manusia teladan, unggul, dan luhur. Mengenal manusia yang sempurna penting bagi umat Islam karena ia merupakan contoh yang tepat untuk diteladani. Kita pun dapat mencapai kesempurnaan manusiawi sesuai dengan ajaran Islam. Karena itu, kita harus mengetahui apakah manusia sempurna itu? Kemudian bagaimana cara meneladani spiritualitas dan intelektualitasnya? Sehingga, kita dapat membangun diri kita dan masyarakat di lingkungan kita berdasarkan contoh keteladanan. Tentunya, jika kita tidak mengetahui manusia sempurna, tidak akan pula kita menjadi muslim sempurna.

Dua Cara Mengenal Manusia Sempurna

Dari sudut pandang Islam, ada dua cara mengenal manusia sempurna. Cara pertama, melihat bagaimana Al-Qur’an dan Sunnah mendefinisikan manusia sempurna. Dalam Al-Qur’an menyebutkan, kita harus menjadi mukmin yang sempurna atau muslim yang sempurna. Mukmin yang sempurna ialah orang mencapai kesempurnaan dalam keimanannya dan muslim yang sempurna adalah orang yang mencapai kesempurnaan dalam Islam. Kemudian cara kedua yaitu melihat individu sesungguhnya yang terbentuk berdasarkan keteladanan Al-Qur’an dan Islam, bukan makhluk khayali atau idealistis, melainkan makhluk berkepribadian riil dan obyektif, yang eksis dalam berbagai tahap kesempurnaan.

Perbedaan antara Manusia Sempurna dan Lengkap

Kemudian timbul pertanyaan, apa yang membedakan antara sempurna dan lengkap? Sebagian mungkin nampak hal yang jelas, tetapi dalam hal-hal yang gamblang kadang sukar untuk diterangkan. Dalam bahasa Arab kata kamil berarti ‘sempurna’, dan bahasa Inggrisnya disebut dengan perfect. Sementara tamam yang berarti ‘’lengkap‘’ dan sering disebut dengan complete

Keduanya erat kaitannya, namun artinya tidak sama persis, dan keduanya lawan kata dari cacat. Perbedaan dua kata ini terletak pada kata lengkap yang mengacu pada sesuatu yang disiapkan menurut rencana seperti rumah atau masjid bila suatu dari bagiannya belum selesai maka dikatakan sebagai tidak lengkap (cacat). Tetapi, sesuatu yang mungkin lengkap sekalipun masih ada kelengkapan lain yang lebih tinggi beberapa tingkat, dan itulah disebut dengan sempurna.

Kesempurnaan Manusia dan Kesempurnaan Makhluk Lain

Kesempurnaan pada setiap makhluk tentunya memiliki perbedaan. Manusia yang sempurna berbeda dengan malaikat yang sempurna, dan semuanya memiliki tingkatan masing-masing dalam kesempurnaanya sendiri-sendiri. Yang telah menceritakan kepada kita tentang adanya malaikat, mengatakan bahwa malaikat itu diciptakan dengan akal suci dan pikiran murni, tanpa aspek duniawi, hawa nafsu, kemarahan, dan lain sebagainya. Sedangkan binatang diciptakan sebaliknya, sepenuhnya diciptakan oleh duniawi, tanpa yang oleh Al-Qur’an, disebut sebagai Roh Ilahi. Namun, manusia ada pada keduanya, kemalaikatan dan keduniaan, tinggi sekaligus rendah, ini sudah diriwayatkan dalam sebuah ayat Al-Qur’an:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami menjadikan dia mendengar dan melihat. Sesungghunya Kami telah menunjukkannya jalan yang lurus. Ada yang bersyukur, dan adapula yang kafir" (QS. Al-Insan: 2).

Nilai dalam Diri Manusia

Seperti yang kita ketahui, ada berbagai pandangan tentang fitrah manusia, yaitu pandangan spiritualis dan pandangan materialis. Yang pertama, manusia adalah realitas jasmani dan rohani. Roh adalah kekal dan tidak musnah bersama kematian. Menurut yang kedua, manusia hanyalah mesin jasad yang musnah bersama kematian dan kemusnaannya berarti habisnya kepribadiannya. 

Walaupun keduanya berbeda secara mendasar, ada satu hal yang sama, yaitu adanya unsur-unsur non material yang dapat disebut akal yang memberi manusia nilai dalam kepribadiannya. Bila manusia tidak memiliki itu, maka ia akan jatuh ke tingkatan hewan. Betapa mudahnya manusia menjadi sarjana, dan betapa sukarnya menjadi manusia. Untuk menjadi manusia memang diperlukan banyak kualitas sebagai dasar kepribadian dan nilai seseorang.

Penutup

Untuk menjadi sempurna, manusia harus memilih jalannya sendiri, dan ia akan mendapatkan kesempatan melalui pengendalian dan penyeimbangan diri, dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada dalam dirinya. Hal ini serupa dengan kemampuan fisik, bila seluruh organ berkembang secara harmonis, maka secara fisik ia sempurna. Perkembangan harmonis dan menyeluruh dapat menghasilkan kesempurnaan.

Posting Komentar

0 Komentar