Iman Semesta

Untuk dapat mencintai sesuatu, terlebih dahulu kita harus mengenali sesuatu tersebut. Hal ini juga berlaku pada konsep semulia Tuhan. Konsep tentang Tuhan telah hadir seiring kelahiran dan perkembangan sejarah manusia. Dari ras manusia yang satu, hingga ras manusia yang lain. Dari generasi terdahulu, hingga generasi masa depan. Dari wilayah pedalaman, hingga pusat perkotaan. Konsep tentang Tuhan selalu ada, tak pernah tiada. Bahkan kritikan dan perbincangan kelompok atheis untuk "mematikan Tuhan" juga dapat dikatakan sebagai perbincangan mengenai konsep Tuhan.

Dikotomi kelompok Theis dan atheis bermula dari perbedaan pandangan dunia, yaitu cara pandang seseorang terhadap hakikat dunia sebagaimana adanya. Perbedaan pandangan dunia dikarenakan perbedaan kecenderungan epistemologi seseorang tersebut. Seseorang yang cenderung menggunakan alat pengetahuan inderanya, akan berpandangan dunia materi, yang meyakini bahwa materi merupakan hakikat dunia. Seseorang yang cenderung menggunakan alat pengetahuan akalnya, akan berpandangan dunia metafisis (Nonmateri/Tauhid), yang meyakini bahwa sesuatu yang di luar materi (Nonmateri, Metafisis, Tuhan) merupakan hakikat atau asal usul dunia. Pandangan dunia itulah yang kemudian melahirkan apa yang disebut ideologi.

Kembali ke subyek pembahasan, bahwa untuk mengenali Tuhan, tidak melulu hanya hak prerogatif kaum agamawan. Karena mengenal dan mencinta Tuhan adalah hak semua manusia, terlepas apapun suku, agama, ras dan golongannya. Bahkan mereka yang berpandangan dunia materi (atheis) pun juga berhak dan seringkali membahas tentang Tuhan.

Cara Mengenal Tuhan

Ada beberapa cara mengenal Tuhan. Ada cara yang khuduri (inheren) dalam diri setiap makhluk, dan ada yang khusuli atau memerlukan penalaran lebih lanjut. Khuduri adalah istilah dalam logika bahwa antara subyek pengetahuan dan obyek pengetahuan tidak terpisah dalam proses mencari tahu. Misalnya mencubit diri sendiri. Subyek yang mencubit adalah diri dan obyek yang dicubit adalah diri sendiri pula. Jika dikaitkan dengan cara mengenal Tuhan, cara yang khuduri berarti bahwa tidak ada keterpisahan antara manusia dengan Tuhan, karena setiap makhluk merupakan bagian dari Tuhan. Terdapat semacam perangkat bawaan dalam diri setiap manusia atau janji azali dengan Tuhan bahwa manusia mengakui dirinya adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa.

Cara pengenalan khuduri dapat dipula disebut fitrah, yaitu sesuatu yang universal yang dimiliki oleh setiap manusia sejak ia lahir. Sementara khusuli adalah pengetahuan yang mana subyek pengetahuan dan obyek pengetahuan mengalami keterpisahan dalam proses mencari tahu. Dalam kaitannya dengan pengenalan Tuhan, cara khusuli berarti bahwa sesuatu yang fitrawi tidak cukup untuk mengenali Tuhan secara mendalam. Fitrah juga bisa tergerus oleh pengaruh lingkungan dan sebagainya. Maaf diperlukan upaya pengenalan Tuhan lebih lanjut untuk semakin memperteguh keberimanan manusia akan Tuhan. 

Kemunculan suatu Ideologi

Ideologi muncul pada kehidupan manusia dikarenakan naluri ingin tahu manusia tentang apa sebenarnya hakikat segala realitas ini. Pertanyaan mengenai hakikat segala realitas tentang sebagaimana adanya kemudian disebut pandangan dunia. Ideologi berasal dari pandangan dunia. Secara garis besar, pandangan dunia atau hakikat segala realitas sebagaimana adanya, hanya terbagi dua; yaitu pandangan dunia materi, dan pandangan dunia Ketuhanan.

Relasi Pandangan Dunia dan Ideologi

Pandangan dunia materi meyakini bahwa hakikat segala realitas adalah materi. Praktis, mereka kemudian menolak eksistensi dan peran Tuhan, karena Tuhan tidak dapat diinderai secara empiris dan material. Atheisme mendasarkan pandangan dunianya pada pandangan dunia materi. Sementara pandangan dunia Ketuhanan meyakini bahwa hakikat segala realitas adalah sesuatu yang nonmateri, yakni Tuhan. Pandangan dunia materi kemudian melahirkan ideologi yang bercorak individualis dan sosialis. Sedangkan pandangan dunia Ketuhanan kemudian melahirkan ideologi yang bercorak keagamaan dan bercorak perenial.

Jenis-Jenis Ideologi
  1. Pandangan dunia materi yang bercorak individualistis kemudian melahirkan Ideologi liberalisme yang meyakini bahwa setiap individu bebas untuk memilih dan melakukan apa saja yang dikehendakinya tanpa batasan dari agama ataupun norma lainnya. Ideologi liberal berkembang di Negara Amerika Serikat.
  2. Pandangan dunia materi yang bercorak sosialistis kemudian melahirkan ideologi komunisme yang meyakini bahwa hak-hak masyarakat (sosial, komunal, bersama) harus didahulukan di atas hak-hak individu. Dan institusi seperti Negara yang bertugas untuk memastikan pengutamaan hak-hak sosial tersebut. Ideologi komunis berkembang di Negara Rusia.
  3. Pandangan dunia Ketuhanan yang bercorak keagamaan kemudian melahirkan ideologi Islam, Ideologi Kristen, Ideologi Yahudi, Ideologi Hindu, Ideologi Budha dan agama-agama yang lainnya. Karakterisrik ideologi keagamaan adalah mendasarkan seluruh sistemnya pada suatu agama tertentu. Baik itu Sumber Asalinya, Kitab Suci, Nabinya dan Jalan Kembali Ke Tuhan. Ideologi keagamaan, misalnya Ideologi Islam, berkembang di Republik Islam Iran, Arab Saudi, dan negara-negara Islam lainnya.
  4. Pandangan dunia Ketuhanan yang bercorak perenialis. Perlu dipahami sebelumnya, bahwa perenealisme adalah suatu paham filsafat yang meyakini bahwa setiap agama mengandung kebenaran Universal dan meyakini Tuhan Maha Esa yang sama. Pandangan dunia Ketuhanan bercorak perenialis tumbuh subur pada wilayah-wilayah yang penduduknya terdiri dari multi etnis, agama, ras, golongan dan keyakinan. Ideologi Pancasila yang berkembang di Indonesia merupakan turunan dari pandangan dunia Ketuhanan yang bercorak perenialis.

Sifat-Sifat Tuhan

Yang paling pertama yang harus dipahami bahwa sifat-sifat Tuhan bukanlah unsur-unsur atau bagian-bagian yang menyusun Tuhan. Karena dengan miskonsepsi seperti itu, Tuhan dipahami sebagai realitas yang tersusun. Padahal sesuatu yang tersusun membutuhkan susunan dan penyusun. Sementara Tuhan tidaklah tersusun dari susunan yang disusun oleh penyusun. Karena Tuhan tidak bergantung pada sesuatu selain diri-Nya Sendiri. Sifat-Sifat Tuhan yang teramat banyak itu, adalah d zalim jika hanya membatasinya dengan 99 saja atau 1001. Segala sesuatu yang baik adalah derivasi dari Sifat-Sifat Tuhan. Sifat-Sifat Tuhan adalah sesuatu yang melekat pada Tuhan yang dengannya mempermudah makhluk mengenali Tuhan. Terdapat beberapa klasifikasi atas Sifat-Sifat Tuhan.

Sifat Negatif Tuhan

Yang dimaksud dengan sifat negatif Tuhan adalah sifat-sifat yang tidak mungkin atau mustahil ada pada Tuhan. Negatif merupakan kata sifat dari negasi atau penolakan. Jadi, sifat negatif Tuhan adalah sifat yang tertolak keberadaananya pada Dzat Tuhan. Diantara sifat-sifat negatif Tuhan adalah;

1. Materi; Tuhan tidak mungkin bersifat materi. Karena sesuatu yang materi pasti bergerak. Sesuatu yang bergerak pasti memiliki tujuan. Sesuatu yang bertujuan pasti butuh pada tujuannya. Sesuatu yang bertujuan pasti terbatas. Sesuatu yang terbatas tidak sempurna. Sesuatu yang tidak sempurna bukanlah Tuhan.

2. Tersusun; Tuhan tidak mungkin tersusun atau dicipta. Sesuatu yang disusun membutuhkan susunan. Dan susunan bergantung pada penyusun.

3. Dilahirkan dan Dimatikan; Tuhan tidak dilahirkan. Karena kalau Tuhan dilahirkan, berarti ada sesuatu yang lebih awal darinya. Di sisi lain, Tuhan juga tidak dapat dimatikan. Karena kalau Tuhan dapat mati, berarti ada yang mematikannya. Dan jika ada yang dapat mematikannya, berarti ada yang lebih kuasa darinya. Dengan kata lain, Tuhan itu Azali dan Abadi adanya.

Sifat Positif Tuhan

Yang dimaksud dengan sifat positif Tuhan adalah sifat-sifat yang ada pada Tuhan. Dibandingkan dengan sifat negatif Tuhan, sifat positif Tuhan mudah saja ditetapkan. Prinsipnya sederhana, selama sifat tersebut merupakan sifat yang baik, itu pasti berasal dari sifat Maha Baik Tuhan sebagai Pemilik Kebaikan Tertinggi. 

Sifat Dzatiyah

Sifat Dzatiyah adalah sifat yang harus ada atau paling mendasar pada Dzat Tuhan. Adapun yang termasuk dalam sifat Dzatiyah Tuhan, diantaranya;

1. Maha Hidup

Tuhan haruslah Maha Hidup, dalam artian ia tidak dihidupkan oleh sesuatu selain diri-Nya dan ia tidak pernah berhenti hidup (mati). Karena jika Tuhan dihidupkan oleh sesuatu selain diri-Nya, maka sesuatu selain dari Tuhan tersebutlah yang pantas disebut Tuhan. Sementara mahfum bahwa tidak ada yang lebih awal dari Tuhan. Begitupun jika Tuhan dapat berhenti hidup dalam arti kata mati. Jika memang demikian adanya, berarti sesuatu yang mematikan Tuhan tersebutlah yang layak disebut Tuhan. Maka, Tuhan harus Maha Hidup.

2. Maha Kuasa

Kuasa adalah kemampuan untuk memilih dan melakukan secara merdeka apa yang ia hendaki. Jika ia mampu melakukan hal tersebut pada subyek lain, maka ia disebut penguasa. Dan kemampuan yang dimilikinya tersebut dinamakan kekuasaan. Tuhan haruslah Maha Kuasa. Karena jika Tuhan tidak Maha Kuasa atas segala sesuatu, berarti Tuhan tidak dapat menjalankan kehendak-Nya Sendiri. Jika Tuhan tidak mampu menjalankan kehendak-Nya, berarti ada subyek lain yang tidak bisa dipengaruhi oleh Tuhan. Dan jika seperti itu adanya, berarti Tuhan tidak sempurna. Maka, Tuhan harus Maha Kuasa.

3. Maha Mengetahui

Pengetahuan adalah konsep. Adapun mengetahui adalah proses menangkap sesuatu yang dilakukan oleh akal pada realitas. Jika dikaitkan dengan Tuhan, maka segala realitas tentu sudah diketahui oleh-Nya. Karena segala sesuatu di luar Tuhan adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka wajar adanya jika Pencipta segala sesuatu mengetahui segala sesuatu yang diciptakannya tersebut. Logis tentunya jika Tuhan harus Maha Mengetahui.

Sifat Fi'liyah

Sifat Fi'liyah adalah sifat yang ada pada Tuhan yang baru dapat dipahami jika dikaitkan dengan makhluk. Pengertian lain bagi sifat fi'liyah adalah sifat yang merupakan turunan dari sifat Dzatiyah Tuhan. Misalnya sifat Maha Mendengar (sifat Fi'liyah) yang merupakan turunan dari sifat Maha Mengetahui (sifat Dzatiyah) yang ada pada Tuhan. Atau sifat Maha Besar (sifat Fi'liyah) yang merupakan turunan dari sifat Maha Kuasa Tuhan. Sifat Maha Menghidupkan yang merupakan turunan dari sifat Maha Hidup yang ada pada Tuhan.

Cara Mudah Mengenal Tuhan

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak sekali seruan untuk melihat ayat-ayat atau tanda-tanda pada alam semesta untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Pada keteraturan planet yang ada di langit, pada manisnya cita rasa buah-buahan, pada kepakan sayap-sayap burung yang terbang menjulang dan khususnya pada diri manusia itu sendiri.

Dalam diri manusia saja, terdapat banyak sekali ketakjuban-ketakjuban yang tidak mungkin diciptakan oleh ilmuwan pembuat robot tercanggih sekalipun. Mata manusia dapat membedakan jutaan warna yang kamera tidak dapat membedakannya. Otak manusia dapat menyimpan memori lebih dari komputer termutakhir. Lebih dari itu, manusia diberikan kemampuan untuk memilih secara bebas berdasarkan kesadaran dirinya. Inilah yang membuat manusia dipilih sebagai pemimpin alam semesta. Kompleksitas manusia melebihi apa yang ada pada batu, tumbuhan, hewan, Jin dan malaikat. Korespondensi antara ayat-ayat Al-Qur'an dan ayat-ayat semesta menjadikan keduanya menuai predikasi baru, yaitu Al-Qur'an merupakan alam semesta secara tekstual pada satu sisi, dan alam semesta merupakan Al-Qur'an secara kontekstual pada sisi lain.

Mengenal Tuhan dengan Argumentasi Filsafat

Untuk ukuran awam, pengenalan terhadap Tuhan cukup dengan cara mudah berdasarkan ayat-ayat semesta dan ayat-ayat pada kitab suci (skriptualis). Keunggulan cara mudah adalah mudahnya memahami eksistensi Tuhan. Tetapi pengenalan yang demikian mudah, terkadang mudah pula dilupakan, mudah pula dibantah oleh argumentasi kaum atheis. Maka untuk memperkokoh keyakinan akan eksistensi Tuhan, diperlukan argumentasi yang lebih fundamental agar tidak mudah didebati, meski untuk memahaminya terbilang cukup sulit. Cara yang dimaksud adalah dengan argumentasi filsafat.

Terdapat dua prinsip utama dalam logika ataupun filsafat. Prinsip tersebut merupakan prinsip berpikir yang universal, di mana segala prinsip berpikir, baik itu pemikiran filsafat, maupun ilmiah akan diuji validasinya. Pada satu literatur, prinsip tersebut dinamakan aksioma, pada literatur yang lain dinamakan prinsip niscaya lagi rasional. Sementara Aristoteles menamakannya prima principia atau prinsip utama. Prinsip tersebut secara garis besar hanya terbagi atas prinsip identitas dan prinsip kausalitas.

Prinsip identitas adalah prinsip yang menyatakan bahwa segala sesuatu hanya sama dengan dirinya sendiri. Praktis, mustahil sesuatu sama dengan yang lain. Jadi, tidak ada yang sama atau identik meskipun anak yang kembar identik. Pasti ada pembedanya. Rumus prinsip ini adalah: A=A dan A#A'. Jika makhluk adalah makhluk, maka harus ada sesuatu di luar makhluk yang menciptakan seluruh makhluk. Karena mustahil makhluk menciptakan makhluk lainnya. Karena hal itu akan berujung pada siapa yang menciptakan makhluk pertama. Pertanyaan yang lebih galat lagi adalah siapa yang menciptakan Tuhan? Pertanyaan absurd ini akan dijawab oleh prinsip yang kedua, yaitu prinsip kausalitas.

Prinsip kausalitas adalah prinsip yang menyatakan bahwa setiap akibat bergantung pada sebab. Bahwa eksistensi akibat diadakan oleh eksistensi sebab. Jika makhluk tak dapat ada karena dirinya sendiri, itu berarti makhluk adalah eksistensi akibat yang diadakan oleh eksistensi sebab. Sampai di sini kita paham bahwa Tuhan adalah eksistensi sebab yang dimaksud. Tetapi bagaimana dengan pertanyaan yang tadi? Apakah Tuhan juga merupakan akibat atau dapat diadakan oleh eksistensi selain dirinya?

Jawabannya ada tiga: Jika kita mengiyakan bahwa Tuhan juga diciptakan berarti ada Tuhan lain selain Tuhan yang pertama tersebut. Hal itu akan terus berputar dan menyalahi prinsip kausalitas karena tidak ada kejelasan antara sebab dan akibat. Jika kita menjawab bahwa bisa iya dan bisa tidak, itu berarti jawaban yang meragukan, padahal di atas sudah dijelaskan kemustahilan tidak adanya Eksistensi yang ada karena diri sendiri. Maka, jawaban yang tersisa adalah kita harus menolak argumentasi yang menyatakan bahwa Tuhan juga dicipta, karena hal itu akan bertentangan dengan prinsip identitas (kejelasan diri) dan prinsip kausalitas (kejelasan sebab dan akibat). Tuhan merupakan Causa Prima atau Sebab Pertama yang menciptakan segala sesuatu. Hanya Tuhanlah yang memiliki Identitas Tunggal dan Eksis. Eksistensi selain Tuhan hanyalah akibat yang bergantung pada eksistensi Tuhan.

Posting Komentar

0 Komentar