
Millenial, atau sering juga disebut sebagai generasi Y adalah generasi yang lahir setelah generasi X, yaitu seseorang yang lahir kisaran tahun 1980-1999. Dengan ini berarti millenial adalah generasi muda yang berumur 17-37 tahun. Generasi millenial sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal penggunaan teknologi dan sosial media. Generasi millenial ditandai dengan adanya TV yang sudah berwarna dan handphone sudah dilengkapi dengan fitur canggih, beserta penggunaan internet setiap harinya. Alvara Research Center pada tahun 2014 melaporkan bahwa generasi yang lebih muda, yaitu usia 15-24 tahun lebih menyukai topik pembicaraan terkait musik/film olahraga dan teknologi dan sangat berminat pada game online. Sementara generasi yang berusia 25-34 tahun, perbincangan mereka lebih variatif, mulai dari politik, ekonimi, dan keagamaan.
Millenial mendominasi Kota
Pemilihan tempat untuk melakukan suatu proses pendidikan bagi kaum millenial sangat beragam dan kaum millenial memilih kota besar sebagai tempat pendidikannya. Penentuan tempat pendidikan sangat penting bagi karir kaum millenial ke depan. Banyak hal yang dipertimbangkan, yang pertama mengenai kualitas kampus. Bahwa kampus terpopuler sebagai tempat untuk mendapatkan lembar ijazah sebagai bukti legal penyelesaian studi, sehingga menjadikan kampus sebagai tempat populer dan diidamkan oleh kaum millenial.
Kemudian setelah selesai melakukan studi, kaum millenial lebih memilih untuk mencari kerja dan bertempat tinggal di kota, sehingga dampaknya menjadikan kota semakin kota dan desa semakin desa. Kepadatan perkotaan kian bertambah setiap tahunnya. Dalam beberapa tahun ke depan merupakan tahun penting sebagai transisi masyarakat agraris menuju masyarakat industri, pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang menggerakkan perubahan struktur dari desa ke kota. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di kota semakin tinggi sekitar 49,8 persen. Bahkan Mckinsey dalam laporan terakhir memprediksi di tahun 2030 penduduk desa hanya 20,30 persen saja
Millenial dan Bonus Demografi
Bonus demografi merupakan istilah yang mengacu pada ledakan populasi manusia yang berada pada umur produktif kerja yaitu 15-64 tahun di suatu negara. Penelitian yang dilakukan oleh Alvara Reserch melaporkan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi, yaitu meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia non produktif pada kurun waktu 2020-2030. Usia produktif merupakan fase kehidupan yang usia kerja dan usia subur,mulai 15-64 tahun. Artinya dari 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia non produtif. Sedangkan pada tahun 2020-2030 Indonesia akan meiliki 70 persen usia produktif dengan rasio ketergantungan turun menjadi sekitar 44 sampai 48 persen.
Bonus demografi apakah suatu ancaman ataukah peluang? tergantung bagimana kaum millenial menanggapinya. Bonus demografi akan menjadi peluang jika usia 15-64 memiliki kemampuan produktifitas dan memiliki skill. Begitupun sebaliknya bonus demografi akan menjadi malapetaka, jika usia produktif tidak memiliki kualitas kerja, tidak memiliki skill, dan tidak menambah pertumbuhan ekonomi. Karena itu, sebelum Indonesia memasuki masa bonus demografi, persiapan adalah kata kunci bagi generasi millenial yaitu meningkatkan kulitas belajar untuk menghadapi tantangan global ke depannya.
Konsumsi Internet Generasi Millenial
Dalam melakukan suatu interaksi, kaum millenial memiliki cara yang sangat berdeda dari generasi sebelumnya. Jika dulu seseorang memerlukan waktu yang lama untuk menunggu balasan surat dari seseorang yang berada dalam wilayah yang berjauhan dengannya, saat ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Bahkan bukan hanya sekedar balasan surat, tetapi generasi millenial mampu melihat secara langsung seseorang yang berada jauh dengannya. Itulah mengapa saat ini internet menjadi kebutuhan primer bagi kaum millenial bahkan di setiap daerah di nusantara, baik kota, maupun di desa menjadikan internet sebagai alat yang tidak boleh hilang. Maka dari itu kaum millenial memiliki banyak cara untuk memanfaatkan internet sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan dan menjadikan lahan bisnis semisal bisnis online.
Dengan adanya bisnis online seperti lazada, olx dan buka lapak yang dimiliki oleh anak muda, millennial semakin memasuki dunia bisnis. Dan siapa yang tidak mengenal anak muda semisal seperti Mark Zuckerberg (pendiri facebook). Dengan majunya digitalisasi, menjadi peluang bagi generasi millenial dan mempermudah masyarakat menjalankan aktifitas. Seperti saat ini, hadir ojek online yang didirikan oleh anak muda. Selain memanfaatkan internet, juga membuka lapangan kerja.
Karakter Millenial
Terdapat 3 karakter yang sangat menonjol pada generasi millennial, yaitu 3C; creative, confidence, dan connected. Yang pertama creativity level, mereka adalah generasi yang begitu fasih menggunakan internet dan pandai bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang mereka ikuti. Kaum millenial sebagai orang yang memiliki kreatififitas adalah orang orang yang bisa
berpikir out the box, kaya akan ide dan gagasan, serta mampu mengomunikasikan ide dan gagasan itu dengan baik. Salah satu buktinya muncul beberapa bisnis start up dan industri kreatif yang dimotori anak muda,
Yang kedua adalah confidence, yaitu mereka sangat percaya diri. Generasi millenial berani mengemukakan pendapat dan tidak sungkan berdebat di depan publik. Kita bisa melihat bahwa saat ini banyak anak muda yang percaya diri berdebat dengan generasi sebelumnya di depan publik. Kaum muda juga berani bersaing dengan generasi X untuk menjadi pejabat, semisal Bupati termuda Emil Dardak Bupati Trenggalek yang berusia 30 tahun. Dan yang terakhir, anak muda juga memiliki sifat connected. Mereka pandai bersosialisasi dengan siapa saja dan terhubung di mana dan kapan saja.
Penutup
Kemajuan digitai seperti pedang bermata dua. Jika kita menggunakan dengan hal yang tidak produktif, maka akan menjadi bencana. Tetapi jika kita memanfaatkannya dengan baik, maka akan menjadi keberkahan dan menjadi peluang untuk menyambut bonus demografi dengan baik. Penggunaan sosial media harus proporsional, agar yang menggunakan dapat menjadi profesional dalam mengahdapi tantangan global.
0 Komentar