Buku logika pencari kebenaran yang ditulis oleh Andi Suriadi S.Pdi ini memuat tentang bagaimana melihat berbagai macam perbedaan yang terjadi dengan mengunakan sebuah logika. Dengan logika, maka diharapkan tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk saling menyerang antara satu dengan yang lainnya. Dengan memperlajari logika kita berharap mengantarkan kita kepada keyakinan yang memiliki pondasi yang jelas, sehingga kita tidak perlu ragu untuk membandingkan keyakinan kita dengan keyakinan-keyakinan yang bertentangan dengan keyakinan yang kita pahami, dan juga kita tidak ragu mempertanyakan kembali pemahaman dan keyakinan yang kita telah anut.
Banyak orang yang telah berkeyakinan di atas kebenaran, tapi kadang kebenaran yang dia yakini hanya bersifat subjektif, karena mereka ragu untuk mempertemukan dengan yang berseberangan atas keyakinannya, atau bahkan sudah merasa bahwa dirinya sajalah yang benar. Banyak orang yang tidak suka memakai kaidah-kaidah logika sebagai dasar tumpuan keyakinannya karena barangkali memang mereka tidak paham tentang fungsi kaidah logika tersebut. Tetapi kita terkadang lupa bahwa kita sebagai pencari kebenaaran mau tidak mau harus mengadakan sebuah perbandingan pemahaman agar kita bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, dalam artian bahwa harus ada pembanding untuk melakukan sebuah penilaian.
Kebenaran Butuh Logika
Kita membutuhkan kepastian menuju sebuah cita-cita sehingga mesti ada aturan yang tegas dalam kebenaran dan kesalahan, karena aturan yang benar akan menempatkan kita pada sesuatu yang benar, dan aturan yang salah akan menempatkan kita pada sesuatu yang salah pula, sehingga yang salah tidak bisa dikatakan benar dan yang benar tidak bisa dikatakan salah.
Kalau cita- kita itu adalah pasti adanya maka aturan yang menggerakkan kita untuk menuju kesana haruslah pasti, dalam artian apakah ia pasti benar atau pasti salah. Kalau aturan yang kita pakai pasti benarnya maka cita-cita ideal kita akan pasti benar pula, tapi kalau aturan yang kita pakai adalah salah maka pasti cita-citanya juga salah Benar dan salah itu adalah hasil penilaian kita terhadap sesuatu yang merupakan hasil proses pikiran dan akal kita.
Olehnya itu segala sesuatu yang kita lakukan itu akan selalu membutuhkan sebuah aturan yang pasti, termasuk berfikir juga membutuhkan aturan yang pasti. Jadi aturan berfikir ini harus dimiliki oleh semua manusia kalau ia ingin mendapatkan sebuah kebenaran yang absolut, aturan berfikir inilah disebut sebagai ilmu logika.
Tuhannya Orang Logika
Kita sering mendengar sebuah argumentasi dari orang orang ateis yang meniadakan Tuhan. Bisa jadi mereka berkata seperti demikian karena belum ada yang mampu meruntuhkan argumentasinya itu dengan rasional dan tidak ada jalan lain yang kita bisa pakai selain kita kembali bertumpuh pada akal murni, dan cara pandang inilah yang dipakai oleh orang filosof. Filosof selalu bertumpu pada akal murni dalam membuktikan bahwa pasti ada Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu dengan beberpa argumentasi:
- Dalil Sebab Akibat. Dalil ini mengatakan setiap akibat bergantung pada sebab.
- Dalil keberaturan Alam. Dalil ini mengatakan setiap yang teratur pasti mempunyai Pengatur.
- Dalil Gerak. Dalil ini mengatakan setiap yang bergerak pasti punya penggerak. Dari dalil dalil di atas kita bisa membuktikan bahwa pasti ada Tuhan sebagai Pencipta.
Orang Logika Berkata Tuhan Pasti Ahad
Setelah orang-orang logika memahami bahwa Tuhan itu ada dengan akal murninya dan mencipta segala sesuatunya termasuk Alam Semesta, orang-orang logika kemudian ingin membuktikan bahwa apakah agama yang bertuhan satu yang benar dan yang bertuhan banyak itu salah, atau sebaliknya.
Mereka mengatakan bahwa yang layak disebut Tuhan ialah yang sempurna dan tidak memiliki kekurangan ataupun terbatas. Menurut kaidah logika bahwa sesuatu yang berbilang itu pasti terbatas dan kurang. Jadi kesimpulannya kalau Tuhan Itu berbilang, maka dia itu bukan Tuhan karena dia terbatas dan sekaligus kurang, olehnya itu Tuhan pasti Ahad.
Orang Logika Berkata Harus Ada Kitab dan Nabi
Dalam kehidupan masyarakat yang sudah meyakini keberadaan Tuhan, maka mereka semua merasa ingin berterimahkasih kepada Tuhan, tetapi mereka tidak mengetahui bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan. Jangan sampai mereka melakukan sembahan bukan justru membuat Tuhan senang, malah justru membuat Tuhan murka. Sehingga secara rasio mengharuskan adanya sebuah tuntunan yang disebut kitab.
Lantas dengan banyaknya kitab yang beredar, kitab manakah yang perlu diikuti? Kitab yang mesti diikuti yaitu kitab yang konsep ketuhanannya tidak bertentangan dengan pandangan logika. Nah setelah mengakui perlunya ada kitab, maka secara otomatis kitab itu harus ada yang menerimannya dari Tuhan dan inilah yang disebut dengan Nabi. Seseorang yang menjadi Nabi pun itu harus menjalani sebuah seleksi dan sudah terbukti kejujurannya sehingga kitab yang dibawanya itu terbebas dari kebohongan dan semua yang diajarkan arus selaras dengan pandanagan logika. Menurut ummat Islam, orang yang telah teruji kejujurannya yaitu Nabi Muhammad saw.
Lantas dengan banyaknya kitab yang beredar, kitab manakah yang perlu diikuti? Kitab yang mesti diikuti yaitu kitab yang konsep ketuhanannya tidak bertentangan dengan pandangan logika. Nah setelah mengakui perlunya ada kitab, maka secara otomatis kitab itu harus ada yang menerimannya dari Tuhan dan inilah yang disebut dengan Nabi. Seseorang yang menjadi Nabi pun itu harus menjalani sebuah seleksi dan sudah terbukti kejujurannya sehingga kitab yang dibawanya itu terbebas dari kebohongan dan semua yang diajarkan arus selaras dengan pandanagan logika. Menurut ummat Islam, orang yang telah teruji kejujurannya yaitu Nabi Muhammad saw.
Orang Logika Berkata Pasti Ada Hari Pembalasan
Allah Swt. tidak membutuhkan kita menyembah-Nya, melaikan Allah Swt. ingin melihat mahluk-Nya berakal dan memiliki posisi yang tinggi dibandingkan dengan mahluk yang lain. Maka Dia menyuruh mahluk-Nya (manusia) menyembah-Nya, dan penyembahan itulah tanda terimah kasih kita kepada-Nya.
Dalam menjalangkan perintah dan menjauhi larangan-Nya, banyak mahluk-Nya yang tidak taat atau membangkang kepada Allah Swt, sehingga terjadi penindasan di mana mana, membunuh, memperkosa dan lain sebagainya. Maka akal mengharuskan perlunya adanya hari pembalasan. Pada hari pembalasan inilah semua perbuatan baik dan buruk itu diberi ganjaran. Karena kalau tidak ada hari pembalasan, maka akal akan berfikir bahwa Allah Swt tidak adil kepada mahluk-Nya.

0 Komentar