Internet Mendangkalkan Cara Berfikir Kita?



Adanya perbedaan besar pada derap perubahan yang terjadi. Misalnya dubutuhkan waktu berabad-abad untuk beranjaknya budaya berkuda ke mesin uap. Dari mesin uap ke pesawat terbang, hanya dua setengah abad. Tetapi dari pesawat baling-baling ke pesawat jet, hanya tiga dekade, dan pesawat jet supersonik, hanya 1,5 dekade.                                       
Ini menandakan bahwa kemajuan teknologi dengan seiring perkembangan zaman semakin meningkat. Ada dua pandangan yang selalu beradu gagasan/perdebatan dalam hal teknlogi yaitu para instrumentalis seperti David Sarnoff, meremehkan kekuatan teknlogi dan mempercayai bahwa alat hanyalah artefak nteral yang sepenuhnya patuh pada kita. Sedangkan Determinisme berpandangan bahwa alat secara tidak langsung bisa merubah pola fikir kita. Atau begitu banyak efek samping dari teknolgi. Bagaimana sikap kita dalam merespon gegap gempitanya zaman informasi ini, yang harus di akui mendapat kontribusi terbesar dari internet.

Yang tidak kita ketahui?

                Otak kita pintar melupakan tapi sukar dalam mengingat. Jhon Sweller (Psikologi Pendidikan Australia) Mengatakan otak sendiri atas dua jenis memori yang berbeda jangka pendek (kesan Langsung, sensasi dan pikiran) dan jangka panjang (sistem pengarsipan). Di dalam sebuah tulisan yang dipublikasikan pada 2008 di New York Review of Books, Michael Greenberg menemukan keindahan di dalam saraf otak. Dia melihat bahwa sistem neurologis kita, “dengan cabang dan pemancarnya serta celah berjengkalnya yang canggih, memiliki improvisai kualitas yang tampaknya mencerminkan tidak bisa di prediksinya pikiran itu sendiri.” “yang berubah adalah tempat fana pada saat pengalaman kita berubah”.

       Banyak alasan yang harus kita syukuri bahwa perangkat mental kita bisa begitu cepat beradaptasi terhadap pengalaman, sehingga otak lama pun bisa di ajari trik baru. Namun ada juga kabar buruknya. Meskipun kelenturan saraf otak menjadi jalan keluar dari kungkungan genetis, berupa celah pikiran bebas dan kehendak bebas, ia juga menimpakn bentuk determinisnya sendiri terhadap perilaku kita. Saat sirkuit tertentu di dalam otak kita menguat melalui pengulangan aktifitas fisik atau mental, sirkuit tersebut melalui mengubah aktifitas yang bersangkutan menjadi kebiasaan. Dengan kata lain, lentur bukan berarti elastis. Ikatan saraf kita tidak kembali ke keadaan sebelumnya seperti karet; mereka bertahan dalam keadaan baru selalu keadaan yang diinginkan. Kebiasaan buruk bisa tertanam di dalam neuron kita sama mudahnya dengan kebiasaan baik. Pascual-Leone melihat bahwa “perubahan plastis tidak mesti mereprentasikan keuntungan perilaku bagi subjek tertentu.” Selain menjadi “mekanisme perkembangan dan belajar. Kelenturan bisa juga menjadi “penyebab penyakit”.

Cara Interner mengambil alih otak      

Internet seakan mempunyai sihir sendiri untuk memberikan efek kesukaan yang mengakibatkan kita tak mau beranjak dari tempat duduk kita ketika kita memegang handphone dan itu akan berdampak pada otak kita.

Pakar naskah kuno mengatakan Walter J. Ong, teknologi tidak hanya sekedar alat bantu luar namun juga merupakan perubahan fikiran di dalam, apalagi teknologi yang mempengaruhi kata. Sejarah bahasa juga merupakan sejarah fikiran. Internet di desain sebuah sistem interupsi, sebuah mesin yang diarahkan untuk membelah perhatian.  Semakin sering kita mengkonsumsi sesuatu dalam jangka waktu panjang maka sistem otak akan terus-menerus mengulang nya. Ini berdampak buruk bagi kita dalam hal teknlogi, ketika kita terlena dengan internet maka keseharian kita tidak akan jauh dari internet yang sifatnya instan. dan bahkan pada saat berkumpul dengan keluarga, teman, atau kekasih kita lebih fokus terhadap Handphone yang kita pegang. Ini menandakan kita terlalu terlena dengan internet yang seakan-akan jawaban atas semua permasalahan, tetapi kita tidak sadar bahwa yang internet yang kita konsumsi setiap hari hanyalah dunia maya, kita melupakan dunia nyata.

Penutup

                Bagaimana sikap kita dalam merespon gegap gempitanya zaman informasi ini, yang harus di akui mendapat kontribusi terbesar dari internet? Sebagian pihak mengingatkan kita supaya bersikap cerdas tajam di tengah gelombang yang ada. Jangan biarkan diri kita terhanyut dan terus berikan kesempatan kepada pikiran dan nurani kita untuk eksis dan tetap memegang komando (In command) dalam kehidupan sehari-hari, dalam pekerjaan, dan dalam gaya hidup. Kini, pilihan harus kita putuskan. Di luar skenario tentang mau jadi manusia seperti apa kita masa depan, yang jelas pilihan ‘terhanyut’ telah menggerogoti kita secara ekonomi.

Posting Komentar

0 Komentar