Noam Chomsky adalah warga Amerika keturunan Yahudi yang namanya paling sering disebut dalam literatur digital maupun konvensional di Barat, apalagi dunia ketiga saat ini. Betapa tidak, karya-karyanya sering mengkritik pemerintahannya sendiri, Amerika Serikat, yang menjadi sumber malapetaka global abad ini. Bagi kalangan anti-meanstream, pemikirannya merupakan alternatif pencerahan di tengah kegelapan berita bohong dan tsunami informasi zaman kita. Bahkan, kelahirannya disandingkan dengan Natal dalam film Captain Fantastic. Apa saja analisis Chomsky tentang bagaimana dunia bekerja?
Apa Yang Sesungguhnya Diinginkan Paman Sam?
Bagi masyarakat umum, dunia ini telah bekerja sebagaimana mestinya dan merasa bahwa sedang tidak terjadi apa-apa. Padahal, masyarakat sedang ditutup mata dan telinganya dari realitas yang ada, yaitu realitas yang kotor dan kejam. Hal ini merupakan akibat dari kerakusan Paman Sam yang ingin mendominasi dunia demi kepentingan beberapa kelompok saja. Depend Relation yang terjadi antara AS dengan Negara-negara lainnya tidak terjadi begitu saja, melainkan perencanaan yang matang oleh AS. Pola pergerakan dari AS sebenarnya sederhana saja yaitu bagaimana cara mempertahankan dominasi mereka di dunia agar hasrat akan kekuasaan terpenuhi.
Untuk mencapai tujuan tersebut AS hanya fokus pada sasaran-sasaran yang mendesak dan mengesampingkan hal-hal yang menurut mereka abstrak, seperti hak asasi manusia, demokrasi, dan nilai nilai kemanusiaan lainnya yang seharusnya menjadi perbincangan penting di muka bumi. Strategi yang digunakan oleh Paman Sam pun beragam, mulai dari menyiapkan panggung bagi diktator yang brutal, rakus dan korup, perdagangan bebas, pengubahan tatanan tradisi, serangan militer, hingga yang paling berbahaya yang sedang terjadi namun kasat mata yaitu perang ideologi, yang dengan mudahnya mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam menjalankan strateginya AS selalu menjaga totalitas. Tidak peduli berapa miliaran dollar harga yang harus dibayar ataupun berapa ratusan ribu jiwa yang melayang. Semakin lemah dan semakin miskin sebuah Negara, maka semakin berpotensi mereka menjadi boneka Paman Sam. Dalam mencapai sebuah tujuan, kita terkadang diperhadapkan dengan berbagai gangguan, begitupun dengan misi Paman Sam ini yang tidak luput dari beberapa gangguan. Jika ada kelompok yang tidak sejalan dengan kemauan mereka maka kehancuran bagi kelompok tersebut akan segera tiba. Dan fatalnya, hal ini pun berdampak pada kelompok lain yang tidak bersalah. Contohnya, kejadian di El Salvador, Kasus Nikaragua, Pembantaian di Guatemala, dan kasus serupa lainnya.
Seiring dengan berkembangnya zaman, AS tidak buta dan terus mengembangkan pergerakan secara dinamis melalui perang dingin yang saat ini sedang berkembang, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Salah satu contohnya dengan media. Tidak dapat dipungkiri bahwa media memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat, namun media ini hanya sebagian kecil dari indoktrinisasi. Selebihnya adalah jurnal, opini, sekolah, universitas, dan ruang publik lainnya. Sistem doktrin ini menanamkan nilai sosial dasar yaitu kepasifan, ketertundukan, serta kurangnya perhatian pada orang lain. Tujuannya agar masyarakat buta tentang realita yang terjadi di dunia ini, kemudian Paman Sam mudah menjalankan misinya dengan meminimalisir ancaman yang datang. Masyarakat disuguhkan dengan warna-warni kehidupan. Sayangnya, hal ini terjadi begitu pesat, sangat sesuai dengan yang AS rencanakan.
Yang Kaya Sedikit dan Yang Gelisah Banyak
Berdasarkan dari cara dunia saat ini bekerja yang dikontrol dominan oleh AS dengan gaya kapitalisme, menciptkan perkembangan kemiskinan yang semakin menjadi-jadi. Kesenjangan sosial yang melangit membuat kemiskinan itu sendiri tidak hanya nampak di sudut-sudut perkotaan saja. Berdasarkan cara kerja kapitalisme yaitu yang kaya dibuat semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, membuat korporasi-korporasi meningkatkan keuntungannya melalui globalisasi ekonomi dengan bantuan transaksi modal yang kian bebas. Ada dua konsekuensi penting dari globalisasi yaitu penciptaan model dunia ketiga di kalangan negara-negara industri, dan yang kedua adalah relasinya dengan pemerintahan. Tidak hanya dibuat semakin miskin dengan cara yang halus, masyarakat umum pun tidak memiliki wadah untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan mereka tak sadar bahwa mereka tak tahu, dan hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam menghilangkan hal yang substansi dalam demokrasi.
Jika kita menilik realitas dengan baik, selalu ada anggaran untuk menyubsidi kaum kaya, tetapi pemerintah tak pernah mampu menyelesaikan persoalan kesengsaraan di masyarakat, dengan kata lain eksekutif korporasi selalu menjadi anak emas bagi pemerintah. Namun terdapat celah bagi AS yang semestinya di pergunakan dengan baik oleh kaum kiri, yaitu seperti yang diketahui bahwa penduduk AS secara komparatif cenderung individualis, tak taat aturan, dan tak suka diperintah mengakibatkan kesulitan untuk meyakinkan rakyat untuk menerima kebijakan industrial pemerintah, berbeda dengan jepang yang menerapkan kultur otoriter yang tinggi. Sayangnya, lagi-lagi persoalan acuh tak acuh. Momen ini diabaikan oleh kaum kiri entah karena sibuk dalam perang internal atau mereka tidak pro aktif.
Harus diakui bahwa AS tidak pernah kehabisan inovasi dalam mencapai tujuannya, termasuk dalam persoalan ekonomi politik pangan. Mereka menyediakan program-program peminjaman bagi negara selatan dengan berbagai persyaratan misalnya mereka harus bersedia mempromosikan sistem ekonomi pasar, melunasi pinjaman, meningkatkan ekspor dan lainnya agar mereka dengan sesuka hati dapat menikmati kopi yang dibuat sebagai cappucino, daging untuk burger, kentang untuk twister dengan mengorbankan industri pertanian untuk konsumsi lokal. Jika hal ini diterapkan secara terus menerus maka akan mendatangkan malapetaka di manapun aturan ini ditetapkan. Begitupun dengan penggunaan kekuatan nuklir yang digunakan untuk kepentingan intervensi. Tetapi kekuatan nuklir ini tidak serta merta dihidangkan begitu saja, melainkan direkayasa sedemikian rupa seakan-akan AS tetap peduli dengan negara yang diintervensi, contohnya di Somalia.
Selanjutnya, dalam mewujudkan tujuannya, AS membuat aliansi-aliansi dengan Negara yang menurut mereka memiliki potensi yang sangat kuat, contohnya Israel. Israel bukan sebuah Negara yang kecil, ia adalah bagian dari negara adidaya dunia, hingga membuatnya dapat melakukan apa saja yang dikehendaki oleh Amerika. Contohnya, invasi di Lebanon, dan persoalan di Palestina.
Jika melihat kondisi yang terjadi atas serangan demi serangan oleh kaum kaya, maka muncul sebuah pertanyaan, apakah para kaum gelisah yang banyak ini tidak memiliki peluang untuk mendapatkan haknya secara real? Jawabanya mereka masih punya. Pada dasarnya, penguasa hanya sebagai pengendali opini publik bukan berperan sebagai penentu hasil suara, karena suara yang sebenarnya adalah milik rakyat. Jadi, bila rakyat memberikan sikapnya secara total dalam menolak, para penguasa itu akan tamat. Kembali lagi, bahwa AS adalah kekuatan global. AS dapat melakukan intervensi di mana-mana, dari yang telah dikuasai hingga yang belum dikuasai. Jadi wajar saja, AS selalu mengintimidasi siapapun yang menghalangi jalannya. Walaupun seperti itu, apakah kita menonton mereka menjalankan aksinya atau malah mendukung aksinya, atau melawan sesuatu yang menggelisahkan ini. Semuanya merupakan pilihan.
Rahasia, Kebohongan, dan Demokrasi
Demokrasi bukan merupakan hal yang asing bagi masyarakat, namun bukan pula hal yang menjadi perhatian masyarakat. Bagi saya, demokrasi hanyalah sekedar sebuah konsep yang menimbulkan berbagai pertanyaan yang belum terjawab dengan baik hingga sekarang, mulai dari "bagaimana cara merealisasikannya?" "Apakah anak gelandangan, gizi buruk, kriminalis merupakan produk dari demokrasi?" Dan pertanyaan yang paling penting adalah "apakah demokrasi benar benar ada?" Wajar saja ketika pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul, karena realita yang terjadi sangat mendukung kedatangan pertanyaan tersebut.
Defenisi demokrasi di masyarakat adalah ketika mereka berpartisipasi aktif dalam menyusun kebijakan publik. Namun, mulai dari partisipasi rakyat hingga hasil akhir dari keputusan masih tetap diatur dan ditentukan oleh korporasi-korporasi di balik layar kaca yang memiliki berbagai kepentingan, walaupun cara kerjanya berbeda tetapi tujuan utamanya tetap sama yaitu membentuk kontrol dari atas ke bawah dengan rakyat mengikuti perintah semata, tak ada aliran kekuasaan atau perencanaan dari bawah ke atas, karena kembali lagi bahwa kekuasaan terbesar berada di tangan para investor beserta kawan-kawannya. Apakah ini demokrasi, kebohongan, atau bahkan pembodohan?
John Dewey (filsuf dan pendidik Amerika) menuliskan bahwa demokrasi bukanlah tujuan, melainkan alat untuk menemukan dan mengembangkan sifat dasar dan hak asasi manusia yang fundamental. Demokrasi berasal dari kebebasan, solidaritas, pilihan kerja, serta partisipasi dalam tatanan sosial. Dan goalnya adalah manusia sejati. Tetapi demokrasi yang seperti itu sangat jauh dari permukaan karena kaum swasta menjadi semakin kuat seiring dengan waktu. Pemegang kekuasaan tertinggi selalu berupaya agar sistem yang mereka jalankan ini tetap baik baik saja dengan menghapuskan defenisi demokrasi rakyat sesungguhnya kemudian menyuguhkan teori demokrasi sesuai perspektif mereka dengan cara aktualisasi yang begitu cemerlang. Mereka menjaga agar masyarakat yang kebingungan ini tetap berada di jalur yang telah disediakan. Mereka membuat kebijakan-kebijakan yang keuntungannya menjadi milik privat, tetapi biaya ditanggung secara sosial, biaya menjadi beban rakyat, tapi keuntungan bukan untuk rakyat. Dan berujung pada kesimpulan bahwa rakyat bukanlah partisipan melainkan sekelompok individu yang hanya menjadi penonton. Apakah ini demokrasi? Saya rasa tidak.
Kebaikan Bersama
Demokrasi adalah pilihan yang baik bagi kehidupan manusia, namun pilihan ini merupakan pilihan yang sulit untuk disentuh. Menurut Aristoteles hal ini terjadi karena adanya perbandingan ekstrem antara si kaya dan si miskin. Perbandingan yang ekstrem ini sebenarnya dapat diobati, namun dengan waktu yang lama. Salah satu solusinya adalah affirmative action, itupun bila pengaktualisasiannya dilakukan secara total. Selain aksi afirmatif, terdapat solusi yang sederhana namun memberikan dampak yang sangat banyak yaitu membaca. Namun, dengan keberhasilan strategi pengalihan perhatian melalui film-film Hollywood, televisi, dan kebudayaan Amerika lainnya, menciptakan hanya sedikit yang memiliki kemauan untuk merelakan keuangan demi membeli buku, sedikit yang memiliki waktu memanfaatkannya, dan sedikit yang mau mengetahui apa yang sedang terjadi.
Saat ini, ancaman yang dihadapi oleh masyarakat demokrasi bukan lagi persoalan komunisme melainkan persebaran kapitalisme global yang brutal dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Pertanyaannya adalah, kenapa sebenarnya kapitalisme itu sangat berbahaya? Karena racun ini hendak mengubah konsep warga Negara menjadi konsep warga Negara yang bebas, yang pikirannya hanya terfokus pada konsumsi tanpa batas semata dan menginginkan terciptanya manusia-manusia yang menjadikan uang serta daya beli sebagai satu-satunya ukuran kemanusiaan seseorang. Hal ini tentu menjajah kebebasan dan menciptakan penderitaan yang berkepanjangan. Maka dari itu diperlukan sebuah model pendidikan yang kritis dalam menghadapi persoalan ini. Karena pendidikan adalah hal yang mendasar yang membentuk karakter para generasi selanjutnya maka dibutuhkan model pendidikan yang prosesnya berbicara mengenai bagaimana kita belajar memaknai sesuatu, bukan belajar untuk menguasai sesuatu tersebut. Jadi, dengan memiliki pendidikan yang dasarnya baik, maka akan dapat membentuk perlawanan terhadap sesuatu yang tidak baik ini, dengan cara yang baik untuk mencapai kebaikan bersama.

0 Komentar